Halaman

Jumat, 14 Februari 2014

Celotehan Akar Rumput | Korupsi

Kali ini saya akan bercinta dengan keyboard, sedikit share obrolan saya dengan seorang bapak yang kira - kira usianya berkepala 4, warga desa setempat, di angkringan sudut gang kontrakan saya . Kala itu dini hari (13/2 2014), sekitar pukul 02.30 wib, saya kembali ke ritual zaman duduk di bangku sekolah menengah, yaitu nonton bola di angkringan MU vs Arsenal. Sebab tv dikontrakan mengidap  masuk angin, ia lengah saat air menyerang melalui atap yang bocor ketika hujan.

Saya memesan susu coklat dan makan beberapa pisang molen yang disediakan secara prasmanan di angkringan itu, sebenarnya saya tak lapar, ini hanya sekedar formalitas saja, agar bisa menyaksikan aksi Robin Van Persie menghadapi mantan klubnya . Nah, sembari memeloti laga MU vs Arsenal di tv angkringan  yang ukuranny tak lebih besar dari tv saya di kontrakan, hanya sebesar laptop pada umumnya. Saya ikut nimbrung dengan obrolan bapak di atas dengan seorang anak kost, di situ kita banyak berceloteh tentang fenomena korupsi bangsa Indonesia yang semakin menjadi - jadi .

Kita ngobrol ngalor ngidul, mulai dari hukum di negeri ini yang hanya tajam ke bawah dan tumpul ke atas, dimana ketika orang tak punya, mencuri sendal bisa di hajar masa dan di penjara bertahun - tahun sedangkan kaum yang mencuri uang negara bermiliyar - miliyar jumlahnya, hukumannya begitu ringan. Kemudian mengenai realita korupsi yang telah menjalar ke seluruh lapisan elit pemerintah, dari lembaga hukum hingga yang sensitif yakni departemen agama .

Dalam obrolan ringan tersebut, ada salah satu opini yang saya garis bawahi dari ucapan bapak itu. Menurut beliau, hukum tentang korupsi di Indonesia terlalu banyak bermain analisa, beliau menawarkan sebuah opsi hukuman untuk seorang koruptor, yaitu lama dan masa hukumannya ditentukan dari jumlah uang yang dikorupsi. Ketentuannya , korupsi uang Rp 1000 di hukum 1 hari penjara, jadi misalnya ada yang mencuri semangka tetangga, tinggal kita uangkan saja berapa harga semangka tersebut, kemudian disesuaikan dengan ketentuan hukuman tadi. Sehingga jika ada stakeholder negara yang mengkorupsi sebanyak 5 miliyar rupiah atau lebih, tentu hukuman masa penjaranya bisa berpuluh - puluh tahun. Secara rasional dan akal sehat  akan mengiyakan hal ini, karena hukuman model ini terasa sangat adil.

Obrolan berlanjut  soal kandidat Capres RI 2014, bagi bapak itu sendiri, beliau hanya akan memilih calon Presiden yang berani memerangi dan membumi hanguskan korupsi, Capres yang dengan gagahnya mampu beretorika saat kampanye dengan mengatakan " sediakan 100 peti mati untuk para koruptor, lalu sisakan 1 peti untuk saya, jika nantinya saya korupsi satu rupiah pun" . Apabila tak ada calon orang nomor 1 negeri ini yang menyuarakan hal itu, saya akan golput " ujar bapak tersebut seraya menyeruput kopinya .

Sangat seru dan menarik berdialektika sebelum fajar menyingsing, dengan beliau yang tak sempat saya tanyakan namanya. Mendengar keresahan wong cilik akan negeri antah berantah nan  ambrudal ini, serta  dibagi beberapa uneg - uneg untuk bangsa ke depannya .

Sabtu, 15 Februari 2014






3 komentar:

  1. korupsi? hahaha, godaannya berat tapi ringan kalo udah kepepet. siapa bapak yang mentenarkan korupsi? usut-usut

    BalasHapus
  2. haha, mungkin awalnya dari Nabi Adam, mengkorupsi janjinya atas Allah SWT, dengan memakan buah khuldi ..

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus