Halaman

Rabu, 26 Agustus 2015

Kampus Dan Seni Yang Terabaikan


Inilah skuad komunitas stand up comedy UMY. Satu dari beberapa serpihan acara "the glowing art night" ( Rabu, 10 Juni 2015). Sebuah acara yang dalam forum evaluasi usai acara tersebut, saya berujar, "bahwa inilah acara seni yang paling ciamik selama saya kuliah di UMY (tanpa mengurangi rasa respek saya pada acara seni yg lain). Seketika itu juga kawan-kawan se komunitas, langsung nyeletuk dengan nada bercanda "huuuu penjilat", hahaha. Acara ini diprakarsai oleh UKM Teater Tangga UMY, mengajak UKM Musik, sunshine voice, pun juga komunitas indie di UMY, antara lain Stand Up Comedy UMY, Komunitas Puisi UMY, komunitas gambar Kumbang Mekar, Karawitan Santaka Mudya, dan komunitas dancer Hoksups. Perpaduan yang sangat apik dari lintas genre seni maupun sastra. Para penampil juga menyuguhkan penampilan yg tak biasa.

Satu hal yg menarik ialah karena lokasinya di rooftop (balkon) Gedung AR Fachrudin B. Asikk bener coy. Saya jadi bertanya, ini karena kita terlalu nyeni atau karena di UMY gak ada lokasi khusus untuk berekspresi seni, ya semacam auditorium gitu lah. Malam itu juga saya sempatkan, sedikit memberi asa kedepannya agar UKM teater tangga dan UKM musik untuk mendesak kampus agar menyediakan gedung khusus seni, kalo perlu semua mahasiswa yg gandrung akan seni untuk turun ke jalan.

Hal ini sebelumnya sudah saya obrolkan dengan kawan Ahmad Munadhir A dan sodara Idra Faudu . Selama ini mahasiswa hanya menggunakan lobi-lobi fakultasnya saja untuk ekspresi seni. Bagi kami itu tidak efektif, karena skala penikmatnya hanya kecil. Kadang kami merasa iri dengan UGM yg punya gedung PKKH dan UNY dengan gedung stage tarinya. Okelah, UMY punya gedung megah sportorium. Tapi apa mau dikata, berandanya aja kalo di buat pensi, kudu mahar 7 juta rupiah, gimana kalo full service ?. Alternatifnya sih bisa manfaatin lokasi UMY Boga. Inipun lagi-lagi harus bayar, dengan merogoh kocek sebesar 300rb. Nah ini yang bikin geram bukan main.

Belum pula, lokasi kantin selatan bakal direlokasi bulan November besok. Otomatis pendopo kantin juga akan raib. Pendopo yang sering untuk even anak UKM Musik, tempat latihan teater tangga, dan pernah untuk open mic perdana komunitas stand up comedy UMY. Duh, suram masbro.

Usai saya berpanjang lebar. Mas Yuda selaku ketua Teater Tangga langsung menanggapi, " Iya bro, usulan yang bagus. Para elit kampus beberapa bulan kemarin juga pernah merencanakan ingin membangun sebuah auditoroium, setelah pembangunan gedung akademisi dan olahraga. Akan kita kawal terus wacana ini".

Menurut Pak Jabrohim, seorang budayawan Muhammadiyah, dalam bukunya Membumikan Dakwah Kultural. Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) ialah salah satu aktor dakwah kultural, yakni berdakwah melalui seni dan budaya. "PTM merupakan infrastruktur terdepan dan relatif paling siap untuk mengawal pelaksanaan dakwah kultural Muhammadiyah. Di PTM para pelaku dakwah kultural cukup melimpah. Mereka terdiri dari pimpinan, staf, pendidik, dan mahasiswa, jika agenda dakwah kultural di kampus cukup jelas, agaknya akan dengan gembira banyak yang ingin ikut serta dalam proses ini".

Namun, ada satu poin yang menjadi kritik saya terhadap buku Membumikan Dakwah Kultural, yaitu tidak adanya wacana pembangunan infrastruktur gedung khusus seni dan budaya, hal ini yang diamini dan terjadi di kampus UMY. Bagi saya, kampus UMY terlalu sibuk dengan urusan akreditasi A nya. Saya tidak anti soal akademis. Melainkan kampus ini memang perlu equilibrium. Akademisi, aktivis, atlet, seniman dan sastrawan butuh keadilan dalam pembagian lahan berekspresi. 

Jogja, 27 Agustus 2015




Media, tanya dimana ?

Ada petuah yang berujar
Siagalah akan tiga perkara ini
Harta, tahta, dan pewarta

Para pewarta yang memilih bungkam
Menanggalkan kemewahan terakhir
Kala penindasan mengemuka

Sebab demikian
Menjadi pecun-pecun durjana media
Mengabarkan isu beras plastik
Artis yang gemar operasi plastik
Politisi yang berotak plastik

Hadir mematikan nalar
Menjungkirbalikan realitas
Kebebalan tanpa batas

Bung Tirto Adi Suryo dirundung nestapa
Di alam baka sana
Melihat guyonan yang tak lucu ini

Tetap tenang bung.
Rahim nyalimu telah melahirkan
Martir-martir yang tegas bergerilya
Bergerak di tepian arus
Suarakan perlawanan
Menyuluh api keadilan

Jogja, 26 Agustus 2015