Halaman

Minggu, 17 Juli 2016

Eric Bailly, dan Hobi Mourinho Belanja Pemain Afrika.



Eric Bailly (Photo from Dailymail.co.uk)

Jose Mourinho, atau lebih akrab disapa dengan Mou. Ia serupa legenda tinju Muhammad Ali, keduanya bermulut besar dengan segala psy war dan kontroversi yang dimunculkan, tetapi diimbangi dengan prestasinya yang besar pula. Sejak Mou meraih treble winner bersama FC Porto. Hingga kini, saya cukup tahu banyak hal tentang Mourinho, sebab dipaksa mengikuti kiprahnya oleh media, yang tak bosan-bosannya mengekspos kariernya. Selain hobi perang urat syaraf dengan para lawannya, membuat sensasi, dan menjadi tukang parkir bus. Ada satu hobi lagi, milik the special one, yaitu membeli pemain-pemain asal benua Afrika, di tiap klub yang ia tangani. Pikir saya, karena karakter para pemain asal benua Afrika, mereka kuat dalam bertarung, bertenaga, ngotot, dan memiliki kecepatan. Sangat cocok dengan strategi dan gaya bermain Mourinho, yakni bermain defensif dengan mengandalkan serangan balik cepat. Juga menuntut para pemainnya mampu bertahan dan menyerang.   Paling update, tentu saja  saat Mou secara sah menjadi arsitek baru Manchester United, beliau meminang Erick Bailly, bek Villareal asal Senegal, sebagai rekrutan pertamanya.Tentu Eric Bailly bukan yang pertama dan ia tak sendirian, mari kita menapak tilas, siapa saja mereka, para perantau asal Afrika, yang diasuh Mourinho.

FC Porto

Mou menyambut musim 2003/2004, sebuah periode awal karirnya yang meroketkan namanya, dengan mematenkan status pemuda asal Afrika Selatan, Benni McCharty, dari klub aslinya Celta Vigo. Ia sempat bermain di FC Porto, musim 2001/2002, hanya saja, berstatus pinjaman, lalu kembali lagi musim berikutnya ke klub Spanyol tersebut. Mourinho yakin betul akan potensinya, untuk mengisi lubang di lini depan yang ditinggal oleh Helder Postiga. Terang saja, ia menjadi salah satu kartu truf Mou untuk memborong tiga gelar musim itu. Dua puluh gol di liga Portugal, menjadi bukti shahih ketajamannya, yang berbuah gelar top skor untuknya.

Chelsea FC

Setelah kecemerlangannya membawa FC Porto meraih treble winner. Musim 2004/2005, Mourinho kemudian hijrah ke London, menangani klub kaya baru Chelsea. Ia mengajak beberapa anak didiknya dari FC Porto, Paulo Ferreira dan Ricardo Carvalho. Ia tak menyertakan nama Benni McCharty. Mourinho punya jalan lain, ia mengangkut pemuda Afrika lainnya, adalah Didier Drogba, striker yang subur bersama Marseille dengan 19 gol dari 35 pertandingan. Langkah transfer yang aduhai dari Mou. Drogba membantu Mou meraih dwi gelar Liga Inggris dan Piala Carling di musim pertama mereka berdua di Premier League. Kelak, Didier Drogba dikenang sebagai salah satu legenda Chelsea.

Selanjutnya, era 2005/2006, Mourinho mendatangkan Michael Essien, andalan lini tegah Timnas Ghana, diboyong dari klub Prancis, Lyon. The special one  tertarik dengan permainan box to box dan stamina yang dimiliki oleh pemain berjuluk si bison ini. Tak sia-sia, transfer sebesar 24,4 juta dollar terhadapnya, menghadirkan gelar community shield di awal musim, dan di akhir musim, Chelsea sukses mempertahankan gelar juara Premier League.

Jika di dua musim sebelumya, masing-masing hanya mendatangkan satu pemain asal benua hitam. Musim 2006/2007, Jose Mourinho memboyong dua pemain, yaitu Salomon Kalou,pemain ber KTP negara Pantai Gading dari Feyenoord, dan John Obi Mikel remaja berbakat milik Timnas Nigeria, dari klub Norwegia, Lyn. Dua pemain ini turut berkontribusi mengantar Chelsea merengkuh trofi Piala FA dan Piala Carling.

Inter Milan

Hajatan sepakbola dunia edisi 2008/2009, Mourinho merantau ke Italia, melatih Inter Milan. Usai didepak oleh Roman Abramovich dari Chelsea. Kepindahannya dari Inggris, membawa Sulley Muntari, gelandang asal Ghana yang sukses mengantar klub medioker Porsmuth merengkuh Piala FA 2007/2008. Selain itu, ada nama Victor Obinna, pemain berkewarganegaraan Nigeria, yang direkrut dari klub Italia, Chievo Verona. Keduanya turut berjasa membawa Inter Milan meriah Piala Super Coppa Italia dan gelar Seri A.

Berikutnya, musim 2009/2010.. Ada yang menarik pada keputusan transfer menjelang awal musim, yaitu mendatangkan superstar asal Kamerun, Samuel Eto’o dari Barcelona, karena dirasa memiliki DNA gelar Liga Champions. Ia dibarter dengan jagoan Swedia, Ibrahimovic. Hasilnya jelas, Eto’o banyak berkontribusi mengantar Inter Milan meraih gelar Liga Champions, melengkapi dua gelar domestik di Italia, alias mereka meraih treble winner. Ini back to back Eto’o meraih treble, usai musim sebelumnya iarengkuh bersama Barcelona. Raihan ini, yang kedua kali dalam karier Mourinho. Ada satu lagi rekrutan asal benua hitam, seorang pemain bernama McDonal Mariga, asal Kenya.

Real Madrid FC

Emmanuel Adebayor, striker kebanggaan masyarakat Togo, didatangkan Mourinho dengan status pinjaman dari Manchester City, pada jendela transfer musim dingin, musim 2010/2011. Perannya turut megantar Real Madrid, memenangkan piala Copa Del rey pada musim itu. Lalu, 2 musim berikutnya, pada periode 2012/2013, datanglah Michael Essien bereuni dengan Jose Mourinho, mantan juru taktiknya di Chelsea dahulu.

Chelsea FC

Musim 2013/2014, bertajuk kembalinya Mourinho ke Stamford Bridge. Musim kali ini, ia membeli empat pemain Afrika. Dua di musim panas, ada Samuel Eto’o yang kembali bernostalgia dengan Mou, didatangkan dari klub Rusia, Anzi Makhachkala, dan Christan Atsu, gelandang FC Porto, berpaspor Ghana. Lalu, dua lainnya hadir di musim dingin, yakni Mohammed Salah, striker Timnas Mesir, yang sebelumnya bermain di klub FC Basel. Sepertinya Mou tertarik karena Salah beberapa kali membobol gawang Chelsea. Satu lagi, Bertrand Traore, gelandang serang kelahiran Burkina Faso, 6 September 1995.

Selanjutnya, musim 2014/2015, dimana Chelsea mampu mengawinkan gelar Capital One Cup dan Premier League. Musim ini, Mou hanya mendatangkan satu pemain berdarah Afrika, yaitu Didier Drogba secara gratis dari klub Turki, Galatasaray. Tampaknya, Mou dan Drogba belum bisa saling move on.

Di tahun ketiga, edisi keduanya bersama Chelsea, cukup pahit baginya, karena dipecat pada awal musim 2015/2016, tepatnya 17 Desember 2015. Pada awal musim ini, ia mendatangkan dua pemuda Afrika. Baba Rahman, bek Augsburg, berasal dari Ghana, dan Papy Djilobodji, kelahiran Senegal dari klub Prancis, Nantes

Manchester United

Syahdan, terkait bergabungnya Eric Bailly di skuad United. Ada hal menarikdari transfer pemuda Afrika 22 tahun ini, semacam ada angin baru dalam urusan boyong-memboyong pemain baru di tubuh United, yaitu berbelanja pemain asal benua hitam. Katakanlah sejak awal milenium 2000, saat Sir Alex Ferguson masih melatih United hinggga pensiun, hanya memakai servis empat pemain Afrika saja, mulai dari Quinton Fortune( Afrika Selatan), dan tiga pemain semenjana Eric Djemba-Djemba (Kamerun), Manucho (Angola), dan Mame BiramDiouf (Senegal). Pasca opa Fergie pensiun, lalu dilanjutkan estafet kepelatihan ke tangan David Moyes, ia tidak belanja pemain asal benua afrika di musim panas. Saat Moyes didepak, kemudian digantikan Louis van Gaal, dalam masa LVG, hanya mendatangkan satu punggawa saja, yaitu Sadiq El Fitouri, bek muda asal Libya.

Saya rasa, para pemain Afrika sudah menjadi semacam jimat bagi Mourinho. Mayoritas, efek kedatangan dan kontribusi mereka, berbuah gelar juara bagi klub yang dilatihnya. Eric Bailly adalah pilihan yang tepat untuk menambal bocornya lini belakang setan merah musim lalu. United tampaknya bisa berbicara banyak musim depan.

Tantangannya adalah pagelaran Piala Afrika, yang hadir tiap dua tahun sekali, sekitar bulan Januari-Februari. Itulah masa krusial, memulai paruh kedua musim, menuju tangga akhir juara. Pemain Afrika yang menjadi andalan timnas, akan dipanggil jika lolos. Eric Bailly bisa jadi salah satunya. Disini, kedalaman skuad dan rotasi pemain sangat diperlukan.

Untuk pelatih sekelas Mourinho, ia pasti sudah paham betul dengan situasi seperti  ini, dan sudah punya penangkalnya. Buktinya, ia pernah melatih bintang-bintang Afrika, macam Didier Drogba, John Obi Mikel, Michael Essien, juga Samuel Eto’o. Kondisinya aman dan di akhir musim berujung gelar juara. So, pecinta Manchester United dimanapun anda berada, serahkan saja pada yang mulia Jose Mourinho. In Mou we trust.



Rabu, 27 April 2016

“Pikniknya Genk Cinta, Ke Kota Jogja Kekinian”



Hari ini, Kamis 28  April 2016. Film AdaApa Dengan Cinta 2  siap saji di seluruh bioskop nasional, dan dua negara jiran, Malaysia dan Brunei Darussalam. Film ini digadang-digadang akan memuncaki klasemen box office Indonesia tahun 2016. Juga berpotensi melebihi kesuksesan jilid pertamanya.

Dalam trailernya yang berdurasi satu menit lima puluh tiga detik. Ada satu cuplikan, dimana Genk Cinta berlibur ke Kota Jogja. Yap betul, film ini banyak mengambil adegan di Kota Gudeg. Mungkin AADC 2, ingin mengikuti jejak kemonceran AA BURJO di tanah mataram.

Saya haqul yaqin, di tangan dingin Mbak Mira dan Mas Riri, film ini tak akan serupa dengan FTV-FTV yang juga rajin berlatar  kota Jogja. Keterlaluan betul, saya sampai harus membandingkannya.

Dear Mbak Mira dan Mas Riri, saya sebagai pengagum diam-diam karya kalian, terutama film aktivisme “GIE”. Dalam imaji saya, membayangkan film AADC 2 menjadi sebuah film drama yang menyerempet isu sosial, dengan menampakan wajah kota Jogja kekinian.

Angan-angan liar saya, semacam membayangkan adegan-adegan saat Cinta dkk vakansi ke Jogja. Misalnya, mereka memilih berdiam di home stay di sekitaran utara kota Jogja. Pas fajar tiba, mereka ingin sholat shubuh jamaah, eh malah kudu tayamum. Jogja asat bro sis, kurang banyu.

Pandangan mereka akan kota Jogja yang adem ayem, sesaat buyar, usai melihat perkembangbiakan hotel dan mall disana-sini.

 Saat mencari oleh-oleh di kawasan malioboro, dengan menaiki andong istimewa, sialnya malah kesemprot asap tebal knalpot armada Transjogja trayek 2A, kira-kira si Cinta bersama kawanannya sontak misuh gak ya, haha. Belum selesai di situ, malang tak bisa di tolak, saat melewati bundaraan nol km, kuda pak kusir, seketika tergelincir, ini seriusan, kudanya tidak diving macam si tua Van Gaal.

Entah, berapa lusin botol sun block, yang dihabiskan Genk Cinta, untuk berjibaku melawan sengatan panas matahari kota Jogja, seumpama dengan trio MSN El Barca, ada tiga matahari. Mereka harus terjebak macet di perempatan malioboro, karena hilir mudik bus pariwisata korban manajemen lokasi penempatan kendaraan yang serampangan.

Di beberapa sudut jalanan kota Jogja, tergambar jelas goresan para Street Artist, berupa grafiti bertuliskan. “Pemerintah Kota Jogja, Yang Kamu Lakukan Ke Kami Itu Jahat”

Oke cukup, nanti saya makin ngelantur. Dalam film ini, ada beberapa tempat wisata yang menjadi spot adegan syuting, secara langsung ini semacam kampanye visit Indonesia, khususon Kota Jogja. Saya sempat mikir, kenapa harus Kota Jogja, toh kalau mau seimbang. Boleh tuh, ambil lokasi di Indonesia Timur, sa jamin kawan, eksotis pas skali.

Saya percaya dengan “AADC 2 Effect”, tahun 2002 bisa menembus hingga dua jutaan penonton. Tahun ini diyakini jumlah penonton bisa lebih, hitungan kotornya misalkan ada tiga jutaan penonton yang hanyut dalam reuni anatara Rangga dan Cinta, dan pesona kota Jogja. Bisa dipastikan menambah kuantitas para pelancong berplesir ria ke kota budaya (katanya) ini. Semakin banyak wisatawan berbanding lurus dengan pembanguan hotel-hotel baru.

Saya hanya berprasangka saja, wong saya belum nonton filmnya. Mau ikut gala premiernya kemarin Sabtu, apalah daya saya hanya mahasiswa proletar. Angan-angan diatas bisa segera terbayar tunai hari ini, tapi dijamin harus kuat antre sampe jalur pantura, haha, maaf saya berlebihan, wajar, saya kurang jago berhiperbola. Kalaupun dapat antrean paling depan, percuma saja, masih akhir bulan, kiriman belum cair, masih membeku dingin seperti sikapmu akhir-akhir ini, ceileh. Semua itu bisa sangsi, bila matahari awal bulan telah terbit. Eits, masih ada satu lagi, dengan siapa harus menonton film drama romantis paling ditunggu, yang cuman hadir 14 tahun sekali  ini, mblo ?