Halaman

Kamis, 04 September 2014

Muhammadiyah Sebuah Gerakan Dakwah Modern


Mungkin saudara  sudah pernah menonton film berjudul Sang Pencerah, baik di layar lebar maupun  layar kaca. Sebuah film yang menceritakan kisah hidup seorang pahlawan nasional bernama KH Ahmad Dahlan pada masa sebelum kemerdekaan, dengan perjuangannya mendirikan sebuah organisasi Islam bernama Muhammadiyah. Beliau mendirikan Persyarikatan Muhammadiyah di kampung santri Kauman Yogyakarta pada tahun 18 November 1912 (8 Djuzlhijjah 1330H) yang memiliki tujuan menegakan dan menjunjung tinggi ajaran agama islam, sehingga terwujudnya masyarakat islam yang sebenar-benarnya. Secara pribadi latar belakang lahirnya Muhammadiyah yakni hasil pendalaman K.H. Ahmad Dahlan terhadap Al Quran, dan surat Ali Imran ayat 104 lah yang telah menggerakan dan menginspirasi beliau. Adapun secara umum faktornya yaitu ketidakbersihan dan campur aduknya kehidupan agama Islam di  Indonesia, ketidak effisiennya lembaga-lembaga pendidikan agama Islam dan aktifitas misi-misi non muslim.

Muhammadiyah memiliki tiga ciri perjuangan yaitu sebagai gerakan Islam, sebagai gerakan dakwah Islam dan gerakan tajdid (reformasi). Khusus untuk ciri yang ke dua, sebagai Gerakan Dakwah Islam, Muhammadiyah dikenal sebagai gerakan dakwah Amar Ma’ruf Nahi Munkar (menyeru kepada kebajikan dan mencegah kepada kemungkaran). Bagi KH Ahmad Dahlan, berdakwah tak melulu tentang membuat pengajian atau memberi ceramah di mesjid, tetapi lebih dari itu. Dakwahnya Muhammadiyah itu menjadikan masyarakat sebagai medan atau kancah perjuangannya.  Muhammadiyah hadir di tengah-tengah masyarakat bangsa Indonesia dengan membangun berbagai amal usaha yang betul-betul dapat menyentuh hidup orang banyak, semisal berbagai macam lembaga pendidikan dari sejak kanak-kanak hingga perguruan tinggi, membangun sekian banyak rumah akit , panti-panti asuhan, dan sebagainya. Untuk lembaga pendidikan sendiri, tercatat Muhammadiyah telah memiliki amal usaha yang berjumlah hingga ribuan unit, semuanya telah dibangun dan tersebar diseluruh pesok negeri ini dari Sabang sampai Merauke. Tentunya semua amal usaha ini sebagai sarana dan wahana dakwah islamiyah yang tetap berpegang teguh pada asas Muhammadiyah yaitu Al Quran dan As Sunnah Shahihah.

Muhammadiyah kini telah berusia 1 abad lebih 3 tahun dalam penanggalan masehi, tentu bisa dikatakan sungguh awet untuk salah satu organisasi terbesar di dunia . Sudah banyak sekali sumbangan dari Muhammadiyah untuk bangsa ini, misal dalam bidang pendidikan yaitu upaya untuk mencerdaskan umat. Salah satu langkah reformasi yang fenomenal dilakukan oleh KH Ahmad Dahlan ialah dalam merintis pendidikan ”modern” yang memadukan pelajaran agama dan umum, juga mengadopsi cara dan sistem pengelolaan pembelajaran ala Belanda pada masa penjajahan. Langkah ini terekam dalam salah satu scene film Sang Pencerah.

Saya sendiri lahir dari keluarga Muhammadiyah, orang tua saya masing-masing pengurus Muhammadiyah dan Aisyiyah di wilayah Maluku Utara. Tercatat saya besar dalam edukasi pendidikan Muhammadiyah, dimulai dari berseragam MTS Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta lalu berlanjut ke jenjang berikutnya di tempat yang sama di MA Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta, setelah 6 tahun menuntut ilmu di almamater tersebut dan lulus pada tahun 2012, saya lalu meneruskan studi kuliah di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) mengambil jurusan Ilmu Ekonomi, prodi Ekonomi Keuangan Perbankan Islam hingga saat ini. Tentunya ada kebanggaan tersendiri bisa menjadi bagian dari sebuah organisasi islam yang berpengaruh dalam sejarah bangsa Indonesia, namun harus selalu diingat dua pesan KH Ahmad Dahlan yang kini mulai sedikit terlupakan oleh warga Muhammadiyah, yakni "Muhammadiyah sekarang berbeda dengan Muhammadiyah kemarin, jadilah dokter, insinyur, guru, dosen dsb, lalu kembalilah ke Muhammadiyah". Dan "hidup-hidupilah Muhammadiyah jangan mencari hidup di Muhammadiyah".

IMMawan Muhammad Fathi Djunaedy

Tidak ada komentar:

Posting Komentar