Halaman

Selasa, 28 Oktober 2014

(Bukan) Pemuda Harapan Palsu



Sejarah besar bangsa Indonesia tentu tidak terlepas dari kontribusi para pemuda negeri ini, tengok saja kembali ke 86 tahun lalu pada 27-28 Oktober 1928, terjadinya sebuah gerakan besar  yang di galakkan oleh para pemuda, baik dari Indonesia barat maupun timur untuk mengikrarkan pengakuan bertanah air satu, berbangsa satu dan berbahasa satu,  yang  hingga kini tiap tahunnya diperingati sebagai Hari Sumpah  Pemuda. 

Dapat memperkuat semangat persatuan dalam sanubari para pemuda dan  pentingnya nasionalisme juga demokrasi adalah output yang diharapkan bisa dituai dari gerakan ini. Terang saja, peristiwa ini seakaan menjadi tonggak awal peranan kaum muda dalam tinta sejarah bumi pertiwi, terlihat pada momen-momen besar macam kemerdekaan tahun 1945, medioorde lama 1966 dan saat pengkudetaan rezim Soeharto pada tahun 1998.

Sebegitu besar goresan perjuangan yang  ditorehkan para pemuda-pemuda sebelum kita, tentu sebesar itulah harapan kepada kaum muda sekarang. Hari sumpah pemuda seharusnya menjadi momentum untuk merajut dan menguatkan lagi persatuan untuk menjadi manusia Indonesia. Di saat akrobat zaman yang makin menjadi-jadi, tentu ini menjadi keuntungan jika kita mampu  mengolahnya dengan positif. Para pendahulu kita  dengan segala keterbatasan era mereka saja, bisa melakukan gerakan besar persatuan bangsa. Kaum muda kini dengan jamuan segala macam jenis gadget juga bejibunnya jejaring sosial didalamnya, sangat besar sekali mampu melanjutkan estafet gerakan tersebut. Dimana kita dimudahkan untuk terhubung dan berinteraksi dengan kaum muda di seluruh penjuru negeri, saling bertukar gagasan, membicarakan persoalan bangsa, mengkritik kebijakan pemerintah, dan hal positif progresif lainnya. Lain halnya jika digunakan semena-mena, seperti halnya fenomena si Florence di Jogja beberapa waktu lalu, telah melukai persatuan bangsa. Jadikan saja sebuah pelajaran pendewasaan kaum muda kemajuan era informatika.

       Sebagai  kaum muda yang  hidup di era yang begitu pesat munculnya kosakata dan istilah baru, yang menggurita lalu beranak- pinak menjejali pikiran, hingga tak tau arah jalan pulang. Di saat serangan membabi buta westernisasi, budaya K-Pop dan yang terbaru rombongan drama Mahabarata menyasar para anak muda, seakan menjadi kontestasi atau pertarungan budaya asing dan lokal. Disinilah jiwa nasionalisme kaum muda harus ditinggikan untuk menangkal fenomena tersebut. Banyak hal yang bisa dilakukan, yaitu mencintai budaya Indonesia dengan menjadi pelaku maupun penikmatnya. Perlu diketahui bahwa bangsa ini memiliki banyak sekali kebudayaan, inilah macamnya, rumah adat, tarian, lagu, musik, seni gambar, seni patung, pakaian adat, seni suara, seni sastra, makanan dan film. 

       Di samping itu juga harus mencintai produk-produk dalam negeri, terlebih pada tahun 2015 dengan adanya MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN), harus memacu semangat kaum muda untuk menjadi produsen maupun konsumen dalam negeri yang berkualitas, salah satunya dengan mengembangkan ekonomi kreatif berbasis budaya Indonesia. Sejak dini kita siapkan intelektualitas, moralitas, soft skill dan religiusitas agar tak tergerus zaman, jangan hanya di nina bobokan oleh zat aditif media sosial yang sifatnya semu. Karena pada hakikatnya kitalah kaum muda pelangsung dan penyempurna arah gerak bangsa, bukan pemuda/pemudi harapan palsu, yang hanya menjadi pemberi harapan palsu.

28 Oktober 2014

Jumat, 10 Oktober 2014

Sajak Indonesia Hari Ini


Telah muncul si kurus
Yang katanya Sang Satria Piningit
Serangan prematur menerjang tajam
Menguliti secara telak
Pra disahkan si kurus ini
Drama gonjang-ganjing dua haluan
Layaknya taman kanak-kanak

Alam pun tak ketinggalan memberi tugas rumah
Dimana  tingkat ekspor bangsa kita meningkat
Ya, mengekspor asap ke negeri jiran

Ah, kurang ajar memang !
Lagil-lagi langkah berkedok pertumbuhan ekonomi
Mereka pikir tanah warisan pribadinya
Tentu tuk seluruh generasi cucu-cucu ibu pertiwi

Pangeran silam begitu licik
Mengerdilkan para wong cilik
Membunuh curahan-curahan irigasi
Mengalih fungsi lahan
Menawan dan tewaskan perlahan

Berkisah lanjut masih tentang lahan
Ya, kehidupan di lahan hijau bola kaki
Timnas menjadi komoditas
Budak segala macam media

Jogjakarta, 10 Oktober 2014