“Sebentar lagi PEMILU / orang - orang masuk ke kotak suara /
untuk mencari pemimpin baru / Untuk mendapatkan gairah baru..” . Itulah
sepenggal lirik lagu berjudul Oh Indonesia milik Iwan Fals, sang legenda musik
Indonesia. Pemilihan umum telah memanggil kita, tak lama lagi bangsa Indonesia
akan merayakan pesta demokrasi 5 tahunan
yang akan melahirkan seorang Pemimpin baru negeri ini. Kendati pemilu 2014
adalah kegiatan politik, akan tetapi aktivitasnya
berdampak pada sektor lainnya, terutama sektor ekonomi.
Penyelanggaran pemilu tentunya akan meningkatkan daya
konsumsi masyarakat, dimana para tim kampanye partai akan melancarkan
marketing politiknya. Sektor riil akan
bergerak dan menyokong perekonomian Indonesia, hal ini karena para tukang jahit
kaos, sablon kaos, pembuat spanduk, baliho dan atribut-atribut lain keperluan
para calon wakil rakyat untuk mempromosikan diri, akan kebanjiran order
dan mendapatkan profit yang tak sedikit,inilah yang disebut ekonomi kerakyatan.
Menurut Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi Moneter Bank
Indonesia (BI) Solikin M Juhro,” meskipun pada musim pemilu nantinya banyak
uang yang beredar di masyarakat, takkan berpengaruh besar pada laju inflasi.
Penyebabnya, pengeluaran terbesar akan didominasi pada sektor jasa-jasa iklan,
bukan pada konsumsi barang”, ujarnya. Setali tiga uang dari pernyataan
tersebut, Bank Indonesia memperkirakan,
ajang Pemilu 2014 mendatang akan memberikan sumbangan pada pertumbuhan ekonomi sebesar
0,2%. Prediksi ini berkaca dapat pengalaman Pemilu 2004 dan 2009 yang rata-rata
juga menyumbang 0,2% pada pertumbuhan ekonomi.
Kiprah musim pemilu terhadap ekonomi akan berlanjut pasca hajatan
tersebut. Tentu, harapan bangsa Indonesia adalah hadirnya sosok Pemimpin yang
memahami situasi perekonomian Indonesia dan global dengan kebijakan-kebijakan
yang efektif, sehingga para investor domestik maupun asing di pasar modal
menjadi optimistis dengan kondisi ekonomi Indonesia ke depan. Hal ini akan
mendorong pertumbuhan ekonomi dan menurunkan inflasi.
Rakyat Indonesia pun menginginkan lahirnya pemimpin yang
menjunjung tinggi nasionalisme ekonomi, bukan pemimpin yang mudah di setir
asing. Tumpuan masyarakat Indonesia adalah figur pemimpin yang mampu menjiwai dan
merealisasikan Pasal 33 UUD 1945, untuk menciptakan kedaulatan ekonomi. Karena
seperti yang dikatakan Bung Karno, founding
fathers bangsa ini, “Untuk membuat
sejahteranya rakyat - rakyat jelata ,demokrasi
politik saja belumlah cukup. Masih perlu ditambah dengan demokrasi di
lapangan lain .. lapangan rezeki, lapangan ekonomi. Bagi Soekarno yang dicari
bukan saja keberesan politik dan keberesan negeri” tapi juga “keberesan ekonomi
dan keberesan rezeki”.
Kamis, 9 Januari 2014
Muhammad Fathi Djunaedy
Mahasiswa EKPI 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar