Dioperasikan
sejak tahun 2008, Bus Trans Jogja seakan menjadi primadona kendaraan umum di kota
Jogjakarta . Pemerintah kota Jogja mengikuti langkah dari pemerintah kota Jakarta
yang telah merilis Busway TransJakarta beberapa tahun sebelumnya. Tentunya
Transjogja adalah sistem transportasi bus cepat , murah dan ber-AC, alternatif
menghindari kemacetan dan solusi kenyamanan dalam perjalanan . Namun dalam
perkembangannya dewasa ini, setelah 6
tahun Bus Transjogja beroperasi , saya melihat
ada beberapa
kecacatan fasilitas dalam pengoperasian TransJogja, misalnya ada beberapa
pintu masuk penumpang armada Trans
Jogja yang pada awalnya adalah pintu otomatis, kini banyak yang sudah mulai rusak berubah menjadi pintu manual, dampaknya ada beberapa pintu yang
dibiarkan terbuka, tak ubahnya Bis umum biasa atau Kopata. Belum lagi, fasilitas didalam armada, tampak
banyak kursi penumpang yang sudah tidak layak pakai
bahkan rusak parah .
Disamping beberapa hal-hal diatas, yang perlu
dicermati dalam pengoperasian Trans Jogja adalah asap knalpot yang dikeluarkan
bus Tran Jogja, hal ini karena asap tersebut cukup menyimpang sehingga
meresahkan para pengendara lain di kota Jogja, bisa dikatakan ini salah satu
biang polusi. Realita ini kembali mempertanyakan kapabilitas dari Bus Trans
Jogja sendiri, apakah ia Transportasi eksekutif kota Jogja atau hanyalah angkutan umum kelas ekonomi .
Untuk
itu , saya menghimbau agar Pemerintah Jogjakarta lebih peduli dan tanggap menangani hal
ini . Kalau bisa secepatnya
membenahi fasilitas – fasilitas
tersebut dan merubah Transjogja menjadi angkutan umum yang sehat. Karena TransJogja bukan hanya di tumpangi oleh masyarakat Jogja saja
, para
turis dan wisatawan luar kota pun menggunakan jasa Transjogja . Bagaimana jika
mereka melihat fasilitas-fasilitas seperti ini, tentunya akan menjadi
sebuah aib kecil, seperti yang kita tahu TransJogja adalah salah satu ikon kota
Jogjakarta.
Selanjutnya, ada beberapa hal yang
menurut saya dapat meningkatkan mutu pelayanan Bus TransJogja.
1) Penambahan armada TransJogja, karena dinilai jumlahnya masih kurang , jika dibanding dengan kuantitas penumpangnya yang semakin tahun semakin bertambah, terlebih saat musim liburan tiba. Hal ini konsekuensi fungsi Transjogja sebagai transportasi alternatif kota Jogja
2) Penambahan beberapa shelter lagi pada beberapa titik di kota Jogjakarta.
3) Halte - halte TransJogja di perbesar lagi,terutama dibeberapa tempat seperti Malioboro dan Ambarukmo Plaza, karena 2 shelter ini kapasitasnya terlalu kecil berbanding terbalik dengan penumpangnya yang terbilang banyak.
4) Di shelter diberikan sekat antara para penumpang yang akan masuk dan penumpang yang keluar dari armada Bus TransJogja.
5) Pemberian fasilitas TV di shelter maupun di dalam trayek TransJogja, agar para penumpang tidak merasa jenuh saat menunggu ataupun dalam perjalanan menggunakan jasa Transjogja.
6) Perbaikan atap beberapa shelter, karena sering terjadi kebocoran saat hujan turun.
7) Desain shelter dan trayek TransJogja harus dikreasikan lebih menarik lagi.
Maka dari itu , Pemkot Jogja dan pihak TransJogja harus ekstra berinovasi dan
memberikan sesuatu yang berbeda. Lihat saja Busway Trans Jakarta memiliki jalur
trayeknya sendiri, sementara di Kota Solo Batik Solo Trans(BST) mempunyai fasilitas sensor otomatis saat melewati lampu
merah secara otomatis berganti menjadi lampu hijau. Jika Yogyakarta didaulat sebagai daerah
istimewa , tentunya pelayanan dan fasilitas angkutan TransJogja juga harus istimewa.
Tulisan ini pernah di muat di Harian Tribun Jogja edisi 8 Maret 2012
Sedikit saya poles lagi :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar